Jumat, 28 September 2018

POTENSI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA


PENDAHULUAN
Kearifan lokal sering juga disebut sebagai kebijakan setempat (local     wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan   setempat (local genius). Secara umum kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan  pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti, agama, ilmu pengetahuan ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa serta         kesenian,dapat berupa tradisi,petatah-petitih,atau semboyan hidup.Sistem tersebut kemudian menjadi bagian dari cara hidup yang mereka hadapi.Berkat kearifan local,mereka dapat melangsungkan kehidupanya bahkan dapat berkembang secara berkelanjutan. (Permana,2010)
Jati diri sebuah bangsa tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses dan perjuangan yang panjang. Pengolahan lokalitas menjadi nasionalitas adalah pengolahan identitas suku, agama dan golongan yang pluralis menyatu sebagai sebuah bangsa dalam proses menjadi budaya“Bhineka Tunggal Ika” yang berhasil diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, sebagai sebuah nation-state, sebetulnya kesadaran kebangsaan telah ada sejak tahun 1928, ketika Sumpah Pemuda diikrarkan yang menyatakan bahwa: satu bangsa, satu tanah air dan menjujung bahasa persatuan itu Indonesia. Di sinilah proses menjadi Indonesia dimulai (Alfian, 2011).

PEMBAHASAN
3.1 Peran Kebudayaan dalam Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa

Kebudayaan mencakup aspek yang sangat luas yang  tercermin dalam perilaku dan karya anak bangsa mulai dari yang spesifik seperti karya seni dan karya-karya umum seperti system perekonomian,pendidikan, dan pertanian yang merupakan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri.Kekayaan dan keunikan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dilestarikan. Menurut Prof. Dr. Daoed Joesoef (mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan), “kebudayaan sebaiknya tidak dibiarkan berjalan, tumbuh dan berkembang tanpa perhatian dan bimbingan, lebih-lebih bila ia diharapkan berperan di dalam pertumbuhan manusia secara individual dan perkembangan masyarakat di mana manusia tersebut berdiam”. Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab dalam memajukan kebudayaan.
Bila kita melihat contoh yang baik dari peran kebudayaan dalam membangun bangsa,dapat dilihat dari pengalaman Korea Selatan dalam membangun bangsa dan negaranya.Buku yang berjudul “Kebangkitan Peran Budaya” yang merupakan terjemahan dari buku aslinya “Cultures maters How Values Shapes Human Progress” yang menjelaskan tentang bagaimana pentingnya peran budaya dalam membangun sebuah Negara.Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana dua Negara yaitu Ghana dan Korea Selatan yang pada tahun 1960-an sama-sama memiliki kondisi ekonomi yang serupa.Kedua Negara tersebut memiliki tingkat Produksi Domestik Bruto yang sama perkapitanya dan menerima bantuan dengan jumlah yang sama pula.Tetapi yang membedakan kedua Negara tersebut adalah kondisi perekonomian pada masa sekarang.Korea Selatan berhasil menjadi raksasa industry dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ke-14 didunia.,perusahaan-perusahaan multi-nasionalnya berkembang,berhasil mengekspor mobil,barang-barang elektronik dan barang-barang hasil pabrik lainya dalam jumlah besar,serta pendapatan perkapitanya mendekati Yunani.

Namun, apa yang terjadi dengan Ghana ? Produksi Domestik Bruto perkapitanya sekarang hanya seperlima dari Korea Selatan.Mmeang banyak factor yang berperan,tetapi menurut para ahli dalam hal ini budaya memiliki peran yang sangat besar.Orang Korea Selatan menghargai hidup hemat,berani berinvestasi,kerja keras, memperhatikan pendidikan,dan memiliki disiplin yang tinggi.Sedangkan orang-orang Ghana tidak memiliki nilai-nilai yang dimiliki orang-orang Korea Selatan.Dapat dikatakan bahwa budaya atau adat istiadat sangat mempengaruhi cara-cara masyarakat agar dapat berhasil atau gagal dalam mencapai kemajuan perkembangan ekonomi dan demokrasi politiknya.

 

3.2 Peran Kearifan Lokal dalam Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa

Kearifan Lokal atau Local Wisdom merupakan kekayaan budaya masyarakat suku-suku bangsa yang memiliki potensi dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa.Misalnya Demokrasi.Hampir setiap etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki kearifan local tentag Demokrasi.Sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus tahun 1945,Undang-Undang Dasar tahun 1945 telah memberi gambaran bahwa Indonesia adalah Negara demokrasi.Namun,sesungguhnya demokrasi sebagai tonggak masyarakat sudah dijalankan sejak lama diberbagai daerah di Indonesia.Misalnya di Minangakabau dan Betawi.

Masyarakat Minangkabau menyebut daerahnya dengan sebutan “alam” atau “ranah”.Sedangkan falsafah hidup orang Minang adalah “Alam takambang jadi guru”.Ungkapan ini merupakan manifestasi masyarakat Minang dalam menjalankan kehidupan.Pola asuh dan penanaman penanaman adat istiadat dilakukan melalui tradisi lisan dan tradisi tulis dalam bentuk analog.Alam dengan segala isinya menjadi sebuah wacana pembelajaran hidup bagi masyarakat Minang.

Sesungguhnya adat Minang adalah suatu konsep kehidupan yang dirangcang dan dipersiapkan oleh nenek moyang mereka untuk anak cucunya demi mencapai kehidupan yang bahagia didunia dan diakhirat.Ajaran-ajaran tersebut bertujuan untuk membentuk individu yang berbudi luhur,manusia yang berbudaya dan beradab.Terdapat empat unsure yang harus dipatuhi oleh masayrakat Minang agar dapat membentuk masyarakat yang sakato (sekata,sependapat atau semufakat).Keempat unsur tersebut adalah Saiyo sakato,Sahino samalu,Anngo tango, dan Sapikue sajinjiang yang artinya Seiya-sekata,Sehina-semalu,angga-tangga atau berjenjang dan Sepikul-sejinjing.Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar bagi orang Minang,oleh karena itu harus dicarikan penyelesaian atau jalan keluarnya dengan cara musyawarah.Keputusan tidak harus bulat tetapi harus menghargai pendapat orang yang berbeda-beda.Selain itu adat Mianang juga mengajarkan untuk membiasakan berembuk atau musyawarah dengan lingkungan meskipun menyangkut masalah pribadi.


Dalam masyarakat Minang semua tugas menjadi tanggung jawab bersama.Sifat gotong-royong sudah menjadi suatu keharusan.Saling membantu dan menunjang merupakan kewajiban bersama.Kearifan local masyarakat Minang lainya dapat dilihat dari basa-basi atau sopan santun,kesetiaan,tenggang rasa,disiplin,adil,dan hemat.Dalam bergaul orang Minang selalu mengutamakan sopan-santun.Budi pekerti merupakan salah satu ukuran martabat seseorang.Sebab,sejak berabad-abad yang lalu adat Minang telah mengatur bahwa moralitas suatu bangsa sudah rusak,maka sudah dipastikan bahwa kelak bangsa tersebut akan binasa dan hancur ditelan zaman.

Selain suku Minang,suku Betawi merupakan salah satu suku bangsa yang memiliki keunikan tersendiri.Suku Betawi merupakan campuran dari beberapa suku bangsa baik suku bangsa asli Indonesia ataupun suku bangsa dari luar negeri seperti Arab,Cina,dan Eropa.Perkawinan campuran merupakan salah satu penyebab semakin mencairnya identitas etnis yang menghuni kota Batavia tersebut.Sebagai suku bangsa campuran,terlihat dari budaya,agama dan kepercayaan,bahasa dan ungkapan,tradisi,system kekerabatan,system mata pencaharian,dan system social.

Orang Betawi memiliki sifat keterbukaan yang tercermin dari bahasanya.Selain itu dari segi bahasanya orang betawi juga memiliki karakter lain seperti lugas,egalitarian atau tidak membedakan strata,kosmopolitas,humoris,ramah serta jenaka.Beberapa ahli berpendapat bahwa bahasa suatu suku dapat mencerminkan karakter dari suatu suku bangsa itu sendiri.Selain bahasa,system social dan kemasyarakatan masyarakat Betawi yang multicultural juga menunjukan bahwa mereka mempunyai nilai positif yang menonjol,yaitu nilai toleransi dan gotong-royong yang tinggi.Contohnya dapat kita lihat secara langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi yang begitu erat terutama ketika meraka sedang mempunyai suatu acara atau hajat.Selain itu masyarakat Betawi juga mempunyai tradisi yang disebut dengan tradisi Andilan yang merupakan tradisi gotong-royong beberapa keluarga dalam masyarakat betawi untuk mengumpulkan uang dengan tujuan membeli seekor atau beberapa ekor kerbau tergantung jumlah peserta Andilan.Dalam tradisi Andilan selain mencerminkan nilai gotong-royong juga menunjukan bahwa masyarakat Betawi begitu menjunjung tinggi kerukunan antar warganya.


Kerukunan,gotong-royong,toleransi dan lain sebagainya yang biasa disebut dengan moralitas merupakan kearifan local daerah di Indonesia yang sejak beribu-ribu tahun yang lalu sudah diajarkan oleh nenek moyang dari masing-masing suku di Indonesia.Itu berarti kearifan local adalah aspek penting yang mendasari terbentukanya karakter dari masyarakat Indonesia yang kemudian mencerminkan karakter bangsa Indonesia juga.Tanpa adanya moralitas dari penduduknya,bangsa Indonesia tidak akan memiliki karakter-karakter luhur yang sampai sekarang masih tersohor didunia.



3.3 Peran Pancasila dalam Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa

Pancasila sebagai sebuah landasan etika dan budaya merupakan cerminan dari kepribadian bangsa yang dapat memberikan kebanggaan kepada bangsa Indonesia dan dapat membedakan kebudayaan bangsa Indonesia dengan kebudayaan-kebudayaan lain didunia.Dari kelima sila yang terdapat dalam pancasila dapat ditarik satu garis yang merupakan inti dari kelima sila tersebut,yaitu gotong-royong.Gotong-royong adalah semangat kebersamaan social khas Indonesia dan merupakan roh bangsa Indonesia.

Mengacu pada “Startegi Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa” yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembangunan dan Pekerti Bangsa,Direktorat Jendral Nilai Budaya Seni dan Film,Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, menyatakan bahwa ada empat elemen penting sebagai unsur pembentuk  karakter dan pekerti bangsa yaitu Nilai-nilai luhur,budi pekerti,karakter dan jati diri.Nilai-nilai luhur yang dimaksud adalah nilai-nilai yang relevan  dengan perkembangan masyarakat,seperti nilai ekonomi,nilai budaya,nilai politik,maupun nilai etika dan estetika hidup disuatu komunitas atau etnis.Sementara budi pekerti merupakan aspek nilai-nilai dalam tingkah laku seseorang baik berupa pikiran,perkataan maupun perbuatan.Budi pekerti mulai tumbuh dari anak-anak yang kemudian lambat laun menjadi suatu cirri yang menetap dan konsisten,sehingga bias menjadi karakter.Sedangkan Jati diri adalah cirri khas berdasarkan sifat atau tingkah laku baik secara perorangan atau kelompok.Jati diri berarti penilaian dari pihak luar terhadap seseorang atau kelompok yang mengamatinya.Berbeda dengan karakter yang bukanlah sesuatu yang secara alamiah atau dibawa sejak lahir ,tetapi karakter merupakan suatu proses yang dipengaruhi berbagai masukan yang diterima dari lingkunganya,mulai dari keluarga,pertemanan,sekolah maupun lingkungan kerja dan masyarakat.

KESIMPULAN

·         Kebudayaan mencakup aspek yang sangat luas yang  tercermin dalam perilaku dan karya anak bangsa mulai dari yang spesifik seperti karya seni dan karya-karya umum seperti system perekonomian,pendidikan, dan pertanian yang merupakan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri.Kekayaan dan keunikan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dilestarikan

·         Kerukunan,gotong-royong,toleransi dan lain sebagainya yang biasa disebut dengan moralitas merupakan kearifan local daerah di Indonesia yang sejak beribu-ribu tahun yang lalu sudah diajarkan oleh nenek moyang dari masing-maisng suku di Indonesia.Itu berarti kearifan local adalah aspek penting yang mendasari terbentukanya karakter dari masyarakat Indonesia yang kemudian mencerminkan karakter bangsa Indonesia juga.

·         Panacasila meupakan cerminanan dari kepribadian bangsa yang pada intinya hanya memiliki satu azas yaitu gotong-royong. Gotong-royong adalah semangat kebersamaan social khas Indonesia dan merupakan roh bangsa Indonesia.

·         Terdapat empat elemen penting sebagai unsur pembentuk  karakter dan pekerti bangsa yaitu Nilai-nilai luhur,budi pekerti,karakter dan jati diri.



REFERENSI

Alfian,Magdalia.2011.Ketahanan Budaya Betawi dalam Pembentukan Jati Diri Bangsa.FIB-UI


Boedhisantoso,S.2002.Kebudayaan Nasional dan Kebangsaan Indonesia

Hutington dan Harrison.2006.Kebangkitan Peran Budaya : Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia.Jakarta. : LP3ES.


Permana,Cecep Eka.2010.Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mengatasi Bencana.Jakarta:  Wedhatama Widya Sastra.


 


Sabtu, 07 Juli 2018

Dasar - Dasar Pengorganisasian


Berikut ini pembahasan dari makalah yang pernah saya buat saat menempuh mata kuliah Dasar Manajemen. Makalah ini merupakan salah satu tugas kuliah saya. Meskipun uraian berikut masih jauh dari kata sempurna, namun saya harap uraian ini bisa membantu teman-teman semua. Chect it out !!!


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Organisasi dan Pengorganisasian
Organisasi sering diartikan sebagai kelompok orang yang bekerjasama dan ingin mencapai tujuan bersama. Organisasi didirikan karena beberapa tujuan tertentu yang hanya dapat dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan bersama-sama, apakah tujuan itu berupa laba, pemberian pendidikan, sosial dan lain-lain.
Pengorganisasian     merupakan     suatu     proses     merancang     struktur     formal, mengelompokkan dan mengatur sereta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para  anggota  organisasi,  agar  tujuan  organisasi  dapat  dicapai  dengan  efisien. Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini:
1.      Pemerincian  seluruh  pekerjaan  yang  harus  dilaksanakan  untuk  mencapai  tujuan organisasi.
2.      Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logik dapat dilaksanakan  oleh  satu  orang.  Pembagian  kerja  sebaiknya  tidak  terlalu  berat sehingga   tidak   dapat   diselesaikan,   atau   terlalu   ringan   sehingga   ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.
3.      Pengadaan   dan   pengembangan   suatu   mekanisme   untuk   mengkoordinasikan pekerjaan  para  anggota  organisasi  menjadi  kesatuan  yang  terpadu  dan  harmonis. Mekanisme  pengkoordinasian  ini  akan  membuat  para  anggota  organisasi  menjaga perhatiannya pada  tujuan  organisasi  dan mengurangi  ketidak-efisienan  dan  konflik-konflik yang merusak.
3.2.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan kerangka dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur sebagai wadah untuk menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem pelaporan terhadap atasan dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan. Struktur organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas
3.2.2 Faktor Yang Menentukan Perancangan Struktur Organisasi
1.      Strategi Organisasi
Chandler telah menjelaskan hubungan strategi struktur organisasi dalam studinya pada perusahaan industry di Amerika
2.      Teknologi
Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang-barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi.
3.      Anggota
Kemampuan dan cara berpikir setiap orang itu berbeda-beda,serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi.
4.      Ukuran organisasi
Semakin besar ukuran organisasi,struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.
3.2.3 Unsur-unsur struktur organisasi
1.      Spesialisasi kegiatan
Berkaitan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja.
2.      Standarisasi kegiatan
Standarisasi kegiatan merupakan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan.
3.      Setntralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sangat berkaitan lokasi atau letak kekuasaan pembuat keputusan.
4.      Koordinasi kegiatan
Merupakan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan lokasi atau letak kekuasaan pembuatan keputusan.
5.      Ukuran satuan kerja
Ukuran satuan kerja menunjukan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.
3.2.4 Bagan Organisasi
Henry   G.   Hodges dalam Handoko   (2000),   mengemukaan   empat   bentuk  bagan organisasi, yaitu:
1.      Bantuk  pyramid
Bentuk  ini  yang  paling  banyak  digunakan,  karena  sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2.      Bentuk  vertikal.
 Bentuk  vertikal  agak  menyerupai  bentuk  piramid,  yaitu  dalam  hal pelimpahan  kekuasaan  dari  atas  ke  bawah,  hanya  bagan  vertikal berwujud  tegak sepenuhnya.
3.      Bentuk  horizontal.
bagan  ini  digambarkan  secara  mendatar.  Aliran  wewenang  dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
4.      Bentuk lingkaran.
Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali digunakan dalam praktek.

3.3 DEPARTEMENTALISASI
·         Karakteristik   dasar   lainnya   dari   struktur   organisasi   adalah  departementalisasi(departementalization),    yang    merupakan    basis   pengelompokan    posisi    dalam departemen dan departemen ke dalam organisasisecara total.
·         Ada  lima  pendekatan  dari  desain  struktural  yang  menggambarkan  kegunaan yang berbeda dari rantai komando dalam departementalisasi.
·         Pendekatan fungsional, divisional, dan matriks merupakan pendekatan tradisional yang mengandalkan  rantai  komando  untuk  menjelaskan  pengelompokan  departe mental  dan hubungan   pelaporan   sepanjang   hierarki.   Dua   pendekatan  kontemporer adalah kegunaan  kelompok  dan  jaringan.  Selain  itu,  pendekatan yang  lebih  baru  seperti kelompok,  jaringan,  dan  organisasi  virtual  telah  muncul  untuk memenuhi  kebutuhan yang  berubah  dari  organisasi  berbasis  pengetahuan  di tengah  lingkungan  usaha  yang terus mengarah ke tingkat global.